My Blogger

SELAMAT DATANG DI MY BLOGGER SEMOGA KONTENYA BERMAFAAT

Kamis, 05 Februari 2015

Popular Is Nothing              


Dua orang anak perempuan berjalan menyusuri ruangan-ruangan kelas hingga sampai didepan ruang debat sastra, salah satu dari mereka melangkah dengan yakin begitu pintu ruang tersebut terbuka, ia melangkah meninggalkan anak perempuan lainnya yang yang tetap bergeming diambang pintu.
Rania         : “Naya, kenapa masih berdiri di situ?” (Rania menolehkan kepalanya)
Raya          : “Apa kau yakin akan melakukan hal ini?
Rania         : “Tentu saja, ini harus kita lakukan agar club Astronomi bisa lebih populer dari pada club sastra yang konyol seperti ini.”
Raya          : “Tapi menurutku, apa yang kita lakukan ini begitu picik, kau tahu?”
Rania         : “Sudahlah, jika kau tidak mau membantuku, lebih baik kau pergi saja dari sini, aku tidak punya waktu lagi kerena sebentar lagi anggota club sastra akan datang.”
Raya          : “Ok, aku ikut.” (Raya melangkahkan kakinya menyusul Rania yang telah berada di depan sebuah meja dengan buku-buku yang tertata rapi diatasnya)
Rania         : “kalau begitu ayo cepat” (Rania menjatuhkan semua buku yang berada diatas meja dihadapannya)
Raya          : “Kita tak perlu membakarnya kan?” (Raya ikut mengacak-acak ruangan terssebut)
Rania         : “Kurasa kita tak perlu membakarnya, ini semua sudah cukup.”
Sementara Rania dan Raya mengacak-acak ruangan itu, tanpa mereka sadari, Raisa dan Reyna telah memperhatikan mereka sedari tadi dari celah pintu yang sedikit terbuka.
Raisa         : “Dugaanmu benar, mengapa mereka bisa senekat itu? Apa kita harus membiarkannya?”
Reyna       : “Tentu saja tidak. Jika kita biarkan, barang-barang club kita akan hancur.” (Raisa dan Reyna terus memperhatikan Rania dan Raya sembari berbicara dengan volume        yang kecil)
Raisa         : “Kalau begitu tunggu apa lagi,ayo kita masuk,”(Raisa melangkah masuk kedalam ruangan, namun langkahnya ditahan oleh Reyna)
Reyna       : “Tunggu sebentar. Kita harus tahu mengapa mereka melakukan itu.”
Raisa         : “kita tanyakan saja pada mereka langsung.”
Raisa melangkahkan kakinya dengan yakin memasuki ruangan tersebut, Raya yang pertama kali melihat Raisa ada diruangan itu, langsung menghentikan kegiatannya dengan ekspresi kaget yang sangat terlihat jelas.
Raya          : “Bagaimana kau bisa ada disini?” (Raya mengatakan itu dengan sedikit gugup)
          Rania tersentak mendengar perkataan Raya dan menoleh kearah Raya dan Raisa, bertepatan dengan masuknya Reyna kedalam ruangan tersebut.
Reyna       : “Seharusnya kami yang bertanya, apa yang kalian lakukan di ruangan Kami?”
          Rania dan Raya sama-sama tidak mengeluarkan suara sama sekali, mereka tidak bisa menjawab apa yang Reyna tanyakan pada mereka.
Raisa         : “Oh, kalau begitu tak usah beritahu kami apa yang kalian lakukan disini, langsung jelaskan saja semuanya diruang BK.”
Rania         :    “Tunggu dulu, maaf.”
Reyna       :    “Maaf? Apa kau tidak salah? Tapi jika dipikir-pikir,  tentu kami akan maafkan kalian jika kalian menjelaskan kenapa kalian melakukan ini.”
Raya          :    “kami akan jelaskan pada kalian.” (Mereka berempat mengambil kursi-kursi yang telah dijatuhkan oleh Rania dan Raya, dan duduk dengan tenang).
Rania         :    “Maafkan sikap kami yang picik ini, kami lakukan hal ini karena kami ingin club kami kembali populer seperti sediakala, anggota club kami banyak yang pindah  ke club ini, jadi kami pikir...... kami iri kepada kalian.”
 Raisa        :    “Bukankah masih banyak cara lain yang lebih baik seperti mempromosikan club kalian dengan lebih giat.”
Raya               :           “Kami tidak pernah berfikir sampai kesitu, mungkin otak kami tertutup dengan keserakahan kami, sekali lagi maafkan kami.”
Reyna       :    “sudah ku katakan tadi, kami pasti akan memaafkan kalian jika kalian mau berterus terang, bukankah kita adalah teman?”
Rania         :    “Kalian sungguh baik, aku jadi malu dengan diriku”
Raisa         :    “Tidak seperti itu juga, kami pasti akan membantu kalian untuk promosi, okey?”
Raya          :    “Sungguh?”
Raisa         :    “Ya, tentu saja”
Raya          :    “Terimakasih Kalau begitu, kami harus membereskan semua ini.”
Reyna       :    “Mari lakukan bersama”
Semua      :    “ayo!”
Akhirnya mereka membereskan ruangan itu bersama-sama sebagai teman. Akan tetapi, tiba-tiba Raisa teringat akan sesuatu.
Raisa         :    “Sebentar” (semua menoleh kearah Raisa yang sedang merogoh sapu tangan di dalam tasnya)
Raisa         :    “Apakah kalian juga yang melakukan ini?” (Raisa menunjukkan sapu tangan yang berlumuran darah dihadapan Raya, Rania, dan Reyna)
Rania         :    “Kami mengaku, kami memang begitu picik. Tetapi kami tak mungkin sampai melakukan hal seperti itu.”
Raya          :    “Ya, lagi pula kami berdua takut dengan darah, jadi tak mungkin kami yang lakukan itu.”
Reyna       :    “Lalu siapa yang melakukan ini semua?”
Semua      :    “Jangan-jangan.........”

          Mereka berlari meninggalkan ruangan yang belum selesai mereka rapikan, dan sapu tangan berlumur darah itupun menjadi sebuah misteri yang harus mereka pecahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar